Selasa, 16 Juni 2015

JENIS IKAN DAN BENTOS YANG TERDAPAT PADA PANTAI BAMA, BALURAN



Dalam kegiatan pengamatan tahun 2003 dijumpai 22 jenis ikan karang, 6 jenis bentos dan beberapa anemon. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

            Tabel. Ikan Karang dan Bentos yang Dijumpai dalam Pengamatan
Kategori
Jenis
Butterfly fish / Kepe - kepe
Chaetodon bennetti / Bennet’s Butterfly fish

Chaetodon lunula / Racoon Butterfly fish

Chaetodon ornatissimus / Ornate Butterfly fish
Lemon
Pomacentrus moluccensis

Chromis viridis / Blue – Green Chromis
Bendera
Zanclus cornutus / Moorish idol

Dascyllus aruanus / Humbug dascyllus

Heniochus acuminatus / Longfin Bannerfish

Platax teira
Scorpion

Amphiprion
Amphiprion periderion

Amphiprion clarkii

Amphiprion ocellaris
Parrotfish / Kakatua
Scarus ghobban / Blue – barred parrotfish
Sersan mayor
Abudeduf / Indo – pacific sergeant
Sweetlips / Bibir tebal
Plectorhinchus orientalis
Grouper / Kerapu
Ephinephelus lanceolatus
Squirrelfish
Sargocentron cornutum / Spotfin Squirrelfish
Dakocan
Dascyllus trimaculatus / Three-spot Dascyllus
Sembilang

Bayeman

Dokter
Plotosus lineatus
Starfish / Bintang laut

Sea lilies / Lili laut

Sea urchin / Bulu babi

Anemon

Kima
Tridacna squamosa / Kima sisik
Sand dollar / dolar pasir

Lobster


Ikan – ikan yang dijumpai selama kegiatan pengamatan tahun 2003 ini sangat sedikit baik jumlah maupun jenisnya bila dibandingkan dengan data ikan yang dijumpai pada pengamatan tahun 1997. Pada pengamatan tahun 1997, untuk pengamatan di seluruh perairan Taman Nasional Baluran dijumpai 172 spesies ikan, baik dari jenis ikan target, ikan indikator maupun ikan dari major group dengan jumlah ribuan. Sedangkan pada pengamatan tahun tahun 2003, untuk lokasi Pantai Bama hanya ditemukan 22 jenis dengan jumlah yang hanya puluhan. Hal ini jelas cukup memprihatinkan, karena tingkat kehidupan terumbu karang selain dilihat dari prosentase penutupan juga lebih ditunjukkan oleh kondisi ikan – ikan karang tersebut.
Ikan hias bukan termasuk jenis ikan yang bermigrasi. Ikan hias cenderung untuk menetap dan menjadikan terumbu karang sebagai “rumah”nya, seperti halnya ikan Amphripion yang bersimbiosis dengan anemon laut. Selain itu, di lokasi pengamatan tidak dijumpai predator ikan hias, seperti misalnya ikan yang berukuran besar ataupun biota laut lainnya yang bisa dianggap sebagai predatornya. Hal tersebut didukung dengan adanya hamparan rubble yang menunjukkan bahwa telah banyak dilakukan pengeboman ikan di lokasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang dan ikan hias di lokasi tersebut sebagian besar disebabkan oleh manusia.
Sedikitnya jumlah ikan karang yang tinggal dan berasosiasi dengan terumbu karang tersebut menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang tersebut sudah tidak dapat mendukung kehidupan ikan karang. Padahal keberadaan ikan-ikan selain sebagai indicator species dan ikan konsumsi (target species) juga ditemukan ikan yang bertubuh kecil yang di alam berperan sebagai rantai makanan, misalnya sebagai suplai makanan bagi ikan-ikan yang lebih besar. Ikan-ikan ini mempunyai warna tubuh yang indah dan gerakan-gerakan yang lincah, umumnya ikan tersebut dikenal sebagai ikan hias.
Menurunnya jumlah ikan – ikan karang di Taman Nasional Baluran sebagian besar diakibatkan oleh penangkapan ikan dengan bahan peledak, pengambilan dengan menggunakan bahan kimia yang dikenal dengan nama potas serta pengambilan dengan jaring tradisional secara over-eksploitasi.
Selain ikan – ikan karang, keberadaan bentos di perairan Pantai Bama juga sangat menurun. Hal ini ditandai dengan tidak banyak ditemuinya beberapa bentos seperti mahkota duri (Acanchasther planci), bulu babi, bintang laut, kima dan lain – lain. Keberadaan bentos sebagai hewan yang sessile (menetap) dengan cara makan yang filter feeder (menyaring) dapat menjadi salah satu indikator kualitas suatu perairan. Kualitas perairan yang buruk dapat langsung dirasakan akibatnya oleh bentos karena polutan – polutan yang terkandung di dalam perairan akan dengan mudah terserap dan terakumulasi di dalam tubuhnya, sehingga bila tidak dapat ditolerir maka bentos tersebut akan mati.
Kondisi lokasi yang merupakan bagian dari Taman Nasional seharusnya memberikan hasil yang baik. Akan tetapi sebagian masyarakat di sekitar Taman Nasional secara langsung maupun tidak langsung telah mengganggu bahkan merusak kehidupan dan pertumbuhan terumbu karang di perairan Taman Nasional sehingga saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya membutuhkan berbagai sumber daya, guna memenuhi kebutuhan pangan maupun papan. Eksploitasi sumber daya untuk kebutuhan ini seringkali tidak memperhatikan kelestariannya. Pengambilan ikan karang dengan menggunakan bom, potas serta aktivitas para wisatawan dan pemancing yang sadar ataupun tidak sadar telah menginjak – injak karang sehingga mematikan karang merupakan tindakan langsung yang menyebabkan kerusakan karang. Pengambilan karang batu untuk bahan bangunan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan. Limbah industri dan rumah tangga serta pencemaran minyak akibat penambangan minyak lepas pantai dan ceceran minyak dari kapal-kapal tangki juga membahayakan kelestarian terumbu karang. Disisi itu kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai asas konservasi tambah mempersulit pengelolaan sumber daya ini secara rasional.
           
Sumber :
Coral Reef Management and Rehabilitation Program (COREMAP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar