Dalam
kegiatan pengamatan tahun 2003 dijumpai 22 jenis ikan karang, 6 jenis bentos
dan beberapa anemon. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel. Ikan Karang dan Bentos yang Dijumpai dalam Pengamatan
Kategori
|
Jenis
|
Butterfly fish / Kepe -
kepe
|
Chaetodon
bennetti / Bennet’s Butterfly fish
|
Chaetodon
lunula / Racoon Butterfly fish
|
|
Chaetodon
ornatissimus / Ornate Butterfly fish
|
|
Lemon
|
Pomacentrus
moluccensis
|
Chromis viridis / Blue – Green Chromis
|
|
Bendera
|
Zanclus
cornutus / Moorish idol
|
Dascyllus aruanus / Humbug dascyllus
|
|
Heniochus acuminatus / Longfin Bannerfish
|
|
Platax
teira
|
|
Scorpion
|
|
Amphiprion
|
Amphiprion
periderion
|
Amphiprion
clarkii
|
|
Amphiprion
ocellaris
|
|
Parrotfish / Kakatua
|
Scarus
ghobban / Blue – barred parrotfish
|
Sersan mayor
|
Abudeduf / Indo – pacific
sergeant
|
Sweetlips / Bibir tebal
|
Plectorhinchus
orientalis
|
Grouper / Kerapu
|
Ephinephelus
lanceolatus
|
Squirrelfish
|
Sargocentron
cornutum / Spotfin Squirrelfish
|
Dakocan
|
Dascyllus
trimaculatus / Three-spot Dascyllus
|
Sembilang
|
|
Bayeman
|
|
Dokter
|
Plotosus
lineatus
|
Starfish / Bintang laut
|
|
Sea lilies / Lili laut
|
|
Sea urchin / Bulu babi
|
|
Anemon
|
|
Kima
|
Tridacna
squamosa / Kima sisik
|
Sand dollar / dolar pasir
|
|
Lobster
|
Ikan
– ikan yang dijumpai selama kegiatan pengamatan tahun 2003 ini sangat sedikit
baik jumlah maupun jenisnya bila dibandingkan dengan data ikan yang dijumpai
pada pengamatan tahun 1997. Pada pengamatan tahun 1997, untuk pengamatan di
seluruh perairan Taman Nasional Baluran dijumpai 172 spesies ikan, baik dari
jenis ikan target, ikan indikator maupun ikan dari major group dengan jumlah
ribuan. Sedangkan pada pengamatan tahun tahun 2003, untuk lokasi Pantai Bama
hanya ditemukan 22 jenis dengan jumlah yang hanya puluhan. Hal ini jelas cukup
memprihatinkan, karena tingkat kehidupan terumbu karang selain dilihat dari
prosentase penutupan juga lebih ditunjukkan oleh kondisi ikan – ikan karang
tersebut.
Ikan
hias bukan termasuk jenis ikan yang bermigrasi. Ikan hias cenderung untuk
menetap dan menjadikan terumbu karang sebagai “rumah”nya, seperti halnya ikan
Amphripion yang bersimbiosis dengan anemon laut. Selain itu, di lokasi
pengamatan tidak dijumpai predator ikan hias, seperti misalnya ikan yang
berukuran besar ataupun biota laut lainnya yang bisa dianggap sebagai
predatornya. Hal tersebut didukung dengan adanya hamparan rubble yang menunjukkan bahwa telah banyak dilakukan pengeboman
ikan di lokasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang
dan ikan hias di lokasi tersebut sebagian besar disebabkan oleh manusia.
Sedikitnya
jumlah ikan karang yang tinggal dan berasosiasi dengan terumbu karang tersebut
menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang tersebut sudah tidak dapat mendukung
kehidupan ikan karang. Padahal keberadaan ikan-ikan selain sebagai indicator species dan ikan konsumsi (target species) juga ditemukan ikan yang
bertubuh kecil yang di alam berperan sebagai rantai makanan, misalnya sebagai
suplai makanan bagi ikan-ikan yang lebih besar. Ikan-ikan ini mempunyai warna
tubuh yang indah dan gerakan-gerakan yang lincah, umumnya ikan tersebut dikenal
sebagai ikan hias.
Menurunnya
jumlah ikan – ikan karang di Taman Nasional Baluran sebagian besar diakibatkan
oleh penangkapan ikan dengan bahan peledak, pengambilan dengan menggunakan
bahan kimia yang dikenal dengan nama potas serta pengambilan dengan jaring
tradisional secara over-eksploitasi.
Selain
ikan – ikan karang, keberadaan bentos di perairan Pantai Bama juga sangat
menurun. Hal ini ditandai dengan tidak banyak ditemuinya beberapa bentos
seperti mahkota duri (Acanchasther planci),
bulu babi, bintang laut, kima dan lain – lain. Keberadaan bentos sebagai hewan
yang sessile (menetap) dengan cara
makan yang filter feeder (menyaring)
dapat menjadi salah satu indikator kualitas suatu perairan. Kualitas perairan
yang buruk dapat langsung dirasakan akibatnya oleh bentos karena polutan –
polutan yang terkandung di dalam perairan akan dengan mudah terserap dan
terakumulasi di dalam tubuhnya, sehingga bila tidak dapat ditolerir maka bentos
tersebut akan mati.
Kondisi
lokasi yang merupakan bagian dari Taman Nasional seharusnya memberikan hasil
yang baik. Akan tetapi sebagian masyarakat di sekitar Taman Nasional secara
langsung maupun tidak langsung telah mengganggu bahkan merusak kehidupan dan
pertumbuhan terumbu karang di perairan Taman Nasional sehingga saat ini,
ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai
aktivitas manusia.
Laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya membutuhkan berbagai sumber
daya, guna memenuhi kebutuhan pangan maupun papan. Eksploitasi sumber daya
untuk kebutuhan ini seringkali tidak memperhatikan kelestariannya. Pengambilan
ikan karang dengan menggunakan bom, potas serta aktivitas para wisatawan dan
pemancing yang sadar ataupun tidak sadar telah menginjak – injak karang
sehingga mematikan karang merupakan tindakan langsung yang menyebabkan
kerusakan karang. Pengambilan karang batu untuk bahan bangunan terus meningkat,
sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan. Limbah industri dan rumah tangga
serta pencemaran minyak akibat penambangan minyak lepas pantai dan ceceran
minyak dari kapal-kapal tangki juga membahayakan kelestarian terumbu karang.
Disisi itu kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai asas konservasi
tambah mempersulit pengelolaan sumber daya ini secara rasional.
Sumber
:
Coral Reef Management and Rehabilitation Program
(COREMAP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar