Jumat, 26 Juni 2015

KATEGORI TUTUPAN TERUMBU KARANG DI PANTAI BAMA, BALURAN



Di dalam pembagian zonasi Taman Nasional Baluran, Bama termasuk zona pemanfaatan dan merupakan pusat dari kunjungan wisata di Taman Nasional Baluran. Di daerah ini karang tumbuh pada kedalaman 2 sampai 10 meter, tubir landai yang semakin ke tengah semakin dalam, dan pertumbuhan karang semakin jarang. Pada kedalaman 15 meter tidak dijumpai pertumbuhan karang, dasar berupa pasir halus bercampur lumpur.
Hasil pengamatan penutupan terumbu karang di Pantai Bama termasuk dalam kategori cukup, yaitu antara 26.10 % (lokasi Bama Utara – 3 meter) hingga 39.90 % (lokasi Bama Selatan – 3 meter). Akan tetapi hasil tersebut bukan berarti kondisi penutupan terumbu karang di lokasi pengamatan semakin membaik dan tidak perlu perhatian yang lebih. Karena berdasarkan informasi hasil Reef Check Unit Selam UGM tahun 2002, walaupun penempatan transek tidak sama, menyatakan bahwa penutupan terumbu karang di Bama termasuk kategori buruk  ( < 25 % ), baik pada kedalaman 3 meter  (16,88 %) maupun 10 meter (8,75 %). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Prosentase penutupan karang pada tahun – tahun sebelumnya
Kegiatan
S transek
Kedalaman
1 m
3 m
5 m
10 m
Wibowo th. 1993
3 (@ 50 m)
43.80 %
54.80 %
52.40 %

LIPI – Primus th. 1995
1 (@ 100 m)

14.41 %


Inventarisasi Terumbu Karang th. 1997
3 (@ 100 m)

43.45 %
39.35 %
36.60 %
Reef Check UGM      th. 2002
2 (@ 100 m)

16.88 %

8.75 %
Reef Check UGM      th. 2003
2 (@ 100 m)

21.25 %

28.75 %
Inventarisasi Terumbu Karang th. 2003
4 (@ 100 m)

26.10 %
39.90 %

28.00 %
35.90 %

Hasil pengamatan prosentase penutupan karang pada kegiatan Inventarisasi Potensi Jenis Terumbu Karang di Pantai Taman Nasional Baluran  tahun 1997 menunjukkan bahwa pada kedalaman 3 meter prosentase karang sebesar 43,45 %, dan pada kedalaman 10 meter sebesar 36,6 %. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Wibowo (1993) yang menunjukkan persentase penutupan karang sebesar 47,82 % dan termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian LIPI yang bekerja sama dengan Yayasan Primus (1995) memberikan hasil yang lebih rendah, yaitu persentase penutupan karang di Bama hanya sebesar 14.14 % yang termasuk kategori buruk.
Perbedaan hasil pengamatan LIPI – Yayasan Primus dan hasil Reef Check Unit Selam UGM tahun 2002 bila dibandingkan dengan penelitian Wibowo (1993), pengamatan tahun 1997 maupun pengamatan tahun 2003, kemungkinan disebabkan karena LIPI – Yayasan Primus dan Reef Check Unit Selam UGM tahun 2002 hanya mengambil satu dan dua buah transek dan pada transek yang dibuat tersebut menunjukkan lokasi yang kondisi terumbu karangnya jelek, sedangkan transek yang diambil dalam penelitian Wibowo (1993), pengamatan tahun 1997 maupun pengamatan 2003 oleh Tim Pelaksana sebanyak 3 dan 4 transek sehingga lebih memungkinkan terwakilinya seluruh kondisi karang pada lokasi tersebut. Sedangkan untuk pengamatan yang dilakukan pada tahun yang sama yaitu Reef Check UGM 2003 dan oleh Tim Pelaksana memberikan hasil yang tidak berbeda jauh. Hal ini mungkin karena lokasi transek yang diamati hampir sama yaitu pada transek Bama sebelah Utara. Meskipun hasil dari kegiatan – kegiatan tersebut tidak bisa diperbandingkan secara langsung, namun setidaknya dapat memberi gambaran bahwa kondisi terumbu karang di Pantai Bama dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
Dengan memperhatikan sifat pertumbuhan terumbu karang yang sangat lamban dan tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, perlu penanganan serius terhadap kelestarian potensi terumbu karang di Pantai Bama. Berdasar hasil prosentase penutupan karang di Pantai Bama menunjukkan bahwa nilai dari kategori DCA (Dead Coral with Algae) dan R (Rubble) cukup tinggi (mendominasi) dibandingkan nilai dari kategori lainnya, yaitu :

Tabel 2.  Prosentase Penutupan dari Kategori DCA dan R
Kategori
Bama Utara
Bama Selatan
3 meter
10 meter
3 meter
10 meter
DCA
14.70 %
11.30 %
10.60 %
10.70 %
R
32.40 %
15.20 %
41.70 %
46.20 %

Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian, karena matinya dan menjadi rubble-nya karang yang ada di lokasi pengamatan berarti ada penyebabnya.


Sumber :
Coral Reef Management and Rehabilitation Program (COREMAP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar