Rabu, 29 Juli 2015

PENYEBAB KERUSAKAN KARANG DI PANTAI BAMA




Secara umum hal – hal yang menyebabkan kerusakan karang secara besar – besaran di Taman Nasional Baluran antara lain :
1.       Penangkapan ikan dengan bahan peledak
Cara penangkapan ikan dengan bahan peledak telah berkembang tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga di negara – negara lain seperti Tanzania di Afrika Timur sampai Filipina dan cara ini berkembang dengan pesat. Dinamit sebagai bahan peledak sukar diperoleh secara legal sehingga dipergunakan karbid (Ca2C) sebagai bahan peledak substitusi.
Cara pembuatan bom karbid ini ialah dengan membungkus karbid dalam kain minyak yang diberi pemberat sehingga dapat mudah tenggelam serta diikat dengan seutas tali tipis. Apabila bom ini tenggelam ke dasar maka air akan masuk ke dalam kantung melalui celah yang sengaja dibuat dan terbentuklah gas acetylen. Gas ini akan keluar melalui celah di atas dan akan meledak apabila terbakar dengan gas CO2 yang ada dalam air. Daerah yang rusak dapat mencapai areal seluas 50 m2 tergantung dari besarnya bom.
Cara penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak bertentangan dengan peraturan yang ada, tetapi sejauh pelaksanaannya tidak dijalankan dengan baik maka peraturan-peraturan tersebut seolah-olah tidak berguna. Kehancuran yang diakibatkan tidak hanya terbatas pada ikan, larva-larva atau telur-telurnya saja, tetapi juga pada karang dan seluruh ekosistem terumbu karang. Pemulihan dari kehancuran tersebut memerlukan waktu yang relatif lama. Penggunaan peledak dapat merubah atau merusak komunitas terumbu karang. Apabila habitat berubah maka sebagian besar ikan dan invertebrata akan menghilang dan digantikan oleh komunitas yang didominasi oleh karang dari marga Fungia, bulu babi dari marga Diadena dan berbagai jenis teripang. Dalam hal tertentu, pecahan-pecahan karang ditumbuhi oleh algae (Cladophora spp.) yang dapat menghalangi berkembangnya larva karang batu (Planula) sehingga rekolonisasi karang menjadi terhambat.
      Untuk kasus – kasus penangkapan ikan dengan bahan peledak di perairan Taman Nasional Baluran perlu segera dicarikan solusinya. Hal ini sangat memprihatinkan karena kegiatan penangkapan ikan dengan bahan peledak ini bahkan terjadi pada saat kegiatan ini sedang dilakukan. Oleh karena tindakan represif kurang memungkinkan untuk dilakukan akibat keterbatasan sarana dan prasarana, maka perlu dipikirkan  upaya – upaya lain seperti koordinasi dengan LANAL ataupun AIRUD serta alternatif  metode penangkapan ikan yang lain dengan hasil yang memuaskan. Perlu juga dilakukan razia di toko – toko ikan hias untuk menangkap pemasoknya.
2.    Penggunaan bahan kimia beracun
Penggunaan bahan kimia beracun untuk menangkap ikan juga seringkali ditemui, bahkan frekuensinya semakin meningkat. Bahan kimia tersebut dikenal dengan nama potas yang diperdagangkan dalam bentuk serbuk berupa tepung putih kekuningan. Dikhawatirkan bahwa serbuk tersebut adalah Kalium cyanida yang sangat toksik karena mengandung racun Cyanida dengan kadar yang cukup tinggi dalam bentuk NaCN dengan pH 10. Racun tersebut tidak hanya menyebabkan ikan – ikan mabuk dan mati lemas, tetapi juga mempunyai pengaruh menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta metabolisme        sel – sel biota laut lainnya. Ion Cyanida merupakan inhibitor kuat terhadap enzyma (enzymatic cytochrome oxydase) yang dapat menyebabkan biota laut menjadi kering dan akhirnya mati. Keadaan ini sangat berbahaya, meskipun kerusakan yang ditimbulkan tidak terlihat nyata, karena dapat berlangsung lama dan terjadi akumulasi racun pada hewan – hewan invertebrata, termasuk karang, sehingga kerusakan yang ditimbulkan sulit dipulihkan kembali. Ikan yang ditangkap dengan cara ini selain ikan hias adalah ikan kerapu (Epinephelidae) yang bernilai ekonomi tinggi dan ikan Sunu (Plectropoma).
            Pada saat pengamatan ditemui sejumlah karang mati dengan warna  keputih – putihan yang menandakan dampak sisa – sisa penggunaan potas.
3.    Aktivitas wisatawan
Para wisatawan di Pantai Bama sebagian besar merupakan wisatawan domestik. Wisatawan tersebut cenderung tidak melakukan aktivitas menyelam ataupun snorkeling tetapi berenang ataupun berjalan – jalan di Pantai Bama. Apabila laut dalam kondisi surut dikhawatirkan kegiatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan karang. Dangkalnya perairan memungkinkan para wisatawan tersebut untuk berjalan – jalan ataupun berenang lebih ke tengah laut dimana komunitas terumbu karang berada. Kekurangtahuan dan rendahnya kesadaran wisatawan akan mengakibatkan rusaknya karang karena terinjak – injak ataupun karena buangan sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan tersebut. Efek yang lebih besar terutama di akibatkan oleh para pemancing.  Para pemancing cenderung ke lokasi habitat karang karena banyaknya ikan yang terdapat pada habitat tersebut sehingga makin banyak karang yang mati dan rusak terinjak – injak.
4.    Pencemaran Laut
Laut sudah sejak lama dipergunakan manusia sebagai tempat pembuangan sampah domestik maupun limbah industri. Pada batas – batas tertentu laut menerimanya dan laut mampu membersihkan diri kembali sejauh sisa buangan yang diterimanya itu masih dapat terurai secara biologis. Apabila batas – batas kemampuannya sudah terlampaui dan juga karena sifat bahan pencemar itu sendiri, laut sukar untuk dapat memulihkan diri kembali, maka proses pencemaran lingkungan akan terjadi. Pencemaran laut merupakan problema yang tak terhindarkan. Hal ini berkaitan erat dengan laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya pembangunan, ramainya kegiatan ekonomi lewat laut maupun meningkatnya eksploitasi minyak bumi lepas pantai. Pada saat pengamatan, dijumpai  cukup  banyak  sampah  terutama  sampah  plastik  yang  terbawa  arus  di sekitar lokasi pengamatan. Sampah tersebut kemungkinan berasal dari para wisatawan yang membuang sampah sembarangan.meskipun sebagian besar berasal dari aliran sungai maupun sampah yang terbawa arus dari Selat Bali. Sampah yang terbawa arus seringkali juga berupa sampah organik seperti batang – batang kayu maupun serasah yang terbawa aliran sungai pada waktu banjir.
5.    Sedimentasi
Sedimentasi yang makin besar akhir – akhir ini mengancam keberadaan karang. Semakin banyaknya area gundul yang tererosi oleh air hujan dan terangkut oleh badan sungai dan berakhir ke laut mengakibatkan peningkatan sedimentasi di perairan. Hal ini dirasakan pada pengamatan secara visual bahwa Pantai Bama sudah tidak sejernih tahun – tahun sebelumnya. Keruhnya perairan dapat menghambat bahkan bila sangat berlebihan dapat mematikan karang. Karang batu untuk hidupnya memerlukan air laut yang bersih dari kotoran – kotoran, oleh karena benda – benda yang terdapat di dalam air dapat menghalangi masuknya cahaya matahari yang diperlukan untuk fotosintesa zooxanthellae. Disamping itu endapan lumpur atau pasir yang terkandung di dalam air yang diendapkan oleh arus dapat mengakibatkan kematian pada karang batu oleh karena pada umumnya karang jenis tersebut tidak mampu membersihkannya, kecuali beberapa karang batu dari suku Faviidae dan Fungiidae yang dapat membersihkan dirinya dari endapan – endapan yang menutupinya dalam beberapa jam. Tingginya tingkat sedimentasi Pantai Bama diduga berasal dari Sungai Kalitopo yang membawa lumpur pada waktu banjir.

Sumber :
Coral Reef Management and Rehabilitation Program (COREMAP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar