Saat
ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat
berbagai aktivitas manusia. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan
sendirinya membutuhkan berbagai sumber daya guna memenuhi kebutuhan pangan
maupun papan. Eksploitasi sumber daya untuk kebutuhan ini seringkali tidak
memperhatikan kelestariannya.
Pengambilan karang batu untuk bahan bangunan
terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan. Limbah industri
dan rumah tangga serta pencemaran minyak akibat penambangan minyak lepas pantai
dan ceceran minyak dari kapal-kapal tangki juga membahayakan kelestarian
terumbu karang. Disisi itu kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai asas konservasi tambah mempersulit pengelolaan
sumber daya ini secara rasional.
Pengelolaan
sumber daya alam adalah usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumber daya alam
untuk memperoleh manfaat maksimal dengan pengusahaan kontinuitas. Indonesia
memiliki 85.707 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di
seluruh kepulauan, merupakan 14% terumbu karang dunia, mencakup: fringing reefs (14.542 Km2); barrier reefs (50.223 Km2); oceanic platform reefs (1.402 Km2); atolls (19.540 Km2). Terumbu karang memiliki fungsi ekologis
yaitu secara fisik melindungi pantai dari abrasi dan tempat perkembang-biakan
biota laut lainnya seperti ikan dan udang-udangan.
Keberadaan
terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat
fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat
perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada
dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas
manusia.
Dari
segi estetis terumbu karang memiliki keindahan alami serta keunikan tersendiri
sehingga menarik wisatawan manca negara ke Indonesia, seperti Bunaken,
(Sulawesi Utara); Kep. Taka Bone Rate (Sulawesi Selatan); Teluk Cendrawasih
(Papua); Kep. Karimun Jawa (Jawa Tengah); Kep. Seribu (DKI Jakarta); Kep.
Togian (Sulawesi Tengah); Kep. Wakatobi (Sulawesi Tenggara); P. Banda, P. Lucipara, P. Pombo (Maluku) dan
lain-lain.
Pemanfaatan
untuk keperluan wisata dan perikanan karang yang optimal dan berkelanjutan,
dihadapkan kepada beberapa kondisi yang merupakan kendala, seperti kerusakan
karang terutama disebabkan oleh penambangan karang, peledakan dan penggunaan
bahan beracun untuk menangkap ikan hias dan sedimentasi berasal erosi tanah
yang dapat ditemukan di hampir semua kepulauan, berdasarkan prosentase tutupan
karang hidup, dilaporkan 39% rusak, 34% agak rusak, 22% baik dan hanya 5% yang
sangat bagus.
Meningkatnya
kerusakan terumbu karang, dewasa ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan,
karena dengan rusaknya terumbu karang akan banyak mempengaruhi status
keanekaragaman hayati laut yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu
karang terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti penambangan,
penggunaan bahan peledak, penggunaan sianida untuk menangkap ikan, sedimentasi
dan pencemaran. Pemanfaatan potensi terumbu karang tidak jarang hanya berpegang
pada salah satu fungsi laut sebagai penyokong perekonomian, tanpa memperhatikan
fungsi yang lain, yaitu sebagai penyokong kehidupan dan sosial budaya.
Berbagai
akibat kerusakan terumbu karang mengakibatkan berbagai macam dampak kerugian,
diantaranya menurunnya produksi sumberdaya perikanan, mempercepat abrasi
pantai, dan menurunnya jumlah wisatawan karena menurunnya nilai estetika dan
keindahan terumbu karang.
Oleh
karena itu untuk menjaga agar fungsi terumbu karang dalam mendukung sumberdaya
hayati laut secara berkelanjutan, perlu dilakukan program kerja pengendalian
kerusakan terumbu karang. Salah satu program kerja tersebut adalah program
kampanye peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya fungsi terumbu
karang dan proses-proses alami yang terjadi didalamnya.
Berbagai
program penyadaran masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
telah dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat.
Namun hal ini tampaknya belum dirasa cukup, mengingat tingkat kemajemukan
masyarakt kita, sehingga diperlukan bentuk program penyadaran masyarakat dalam
kemasan yang beragam.
Diantara
program penyadaran masyarakat tersebut, yang saat ini sedang berlangsung adalah
Program Pantai dan Laut Lestari, yang salah satu kegiatannya adalah Terumbu
Karang dan Mangrove Lestari (TEMAN Lestari) dan Coral Reef Management and
Rehabilitation Program (COREMAP), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan fungsi ekosistem dan hasil guna terumbu karang serta meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kelestarian ekosistem tersebut.
Saat
ini terumbu karang sedang menghadapi beberapa masalah serius dan gangguan, baik
secara alamiah maupun oleh manusia, yang
menyebabkan penurunan keragaman species dan hilangnya habitat. Hal tersebut terutama karena adanya pemanfaatan sumber
daya terumbu karang yang sangat berlebih. Oleh karena itu harus dicari suatu
metode pemanfaatan sumber daya terumbu secara bijak sehingga sumber daya
tersebut tidak punah.
Sumber
:
Coral Reef Management and Rehabilitation Program
(COREMAP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar