Selasa, 28 Juli 2015

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG




Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya membutuhkan berbagai sumber daya guna memenuhi kebutuhan pangan maupun papan. Eksploitasi sumber daya untuk kebutuhan ini seringkali tidak memperhatikan kelestariannya.
Pengambilan karang batu untuk bahan bangunan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan. Limbah industri dan rumah tangga serta pencemaran minyak akibat penambangan minyak lepas pantai dan ceceran minyak dari kapal-kapal tangki juga membahayakan kelestarian terumbu karang. Disisi itu kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai asas  konservasi tambah mempersulit pengelolaan sumber daya ini secara rasional.
Pengelolaan sumber daya alam adalah usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumber daya alam untuk memperoleh manfaat maksimal dengan pengusahaan kontinuitas. Indonesia memiliki 85.707 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh kepulauan, merupakan 14% terumbu karang dunia, mencakup: fringing reefs (14.542 Km2); barrier reefs (50.223 Km2); oceanic platform reefs (1.402 Km2); atolls (19.540 Km2). Terumbu karang memiliki fungsi ekologis yaitu secara fisik melindungi pantai dari abrasi dan tempat perkembang-biakan biota laut lainnya seperti ikan dan udang-udangan.
Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia.
Dari segi estetis terumbu karang memiliki keindahan alami serta keunikan tersendiri sehingga menarik wisatawan manca negara ke Indonesia, seperti Bunaken, (Sulawesi Utara); Kep. Taka Bone Rate (Sulawesi Selatan); Teluk Cendrawasih (Papua); Kep. Karimun Jawa (Jawa Tengah); Kep. Seribu (DKI Jakarta); Kep. Togian (Sulawesi Tengah); Kep. Wakatobi (Sulawesi Tenggara);  P. Banda, P. Lucipara, P. Pombo (Maluku) dan lain-lain.
Pemanfaatan untuk keperluan wisata dan perikanan karang yang optimal dan berkelanjutan, dihadapkan kepada beberapa kondisi yang merupakan kendala, seperti kerusakan karang terutama disebabkan oleh penambangan karang, peledakan dan penggunaan bahan beracun untuk menangkap ikan hias dan sedimentasi berasal erosi tanah yang dapat ditemukan di hampir semua kepulauan, berdasarkan prosentase tutupan karang hidup, dilaporkan 39% rusak, 34% agak rusak, 22% baik dan hanya 5% yang sangat bagus.
Meningkatnya kerusakan terumbu karang, dewasa ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan, karena dengan rusaknya terumbu karang akan banyak mempengaruhi status keanekaragaman hayati laut yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu karang terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti penambangan, penggunaan bahan peledak, penggunaan sianida untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran. Pemanfaatan potensi terumbu karang tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi laut sebagai penyokong perekonomian, tanpa memperhatikan fungsi yang lain, yaitu sebagai penyokong kehidupan dan sosial budaya.
Berbagai akibat kerusakan terumbu karang mengakibatkan berbagai macam dampak kerugian, diantaranya menurunnya produksi sumberdaya perikanan, mempercepat abrasi pantai, dan menurunnya jumlah wisatawan karena menurunnya nilai estetika dan keindahan terumbu karang.
Oleh karena itu untuk menjaga agar fungsi terumbu karang dalam mendukung sumberdaya hayati laut secara berkelanjutan, perlu dilakukan program kerja pengendalian kerusakan terumbu karang. Salah satu program kerja tersebut adalah program kampanye peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya fungsi terumbu karang dan proses-proses alami yang terjadi didalamnya.
Berbagai program penyadaran masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang telah dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Namun hal ini tampaknya belum dirasa cukup, mengingat tingkat kemajemukan masyarakt kita, sehingga diperlukan bentuk program penyadaran masyarakat dalam kemasan yang beragam.
Diantara program penyadaran masyarakat tersebut, yang saat ini sedang berlangsung adalah Program Pantai dan Laut Lestari, yang salah satu kegiatannya adalah Terumbu Karang dan Mangrove Lestari (TEMAN Lestari) dan Coral Reef Management and Rehabilitation Program (COREMAP), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan fungsi ekosistem dan hasil guna terumbu karang serta meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian ekosistem tersebut.
Saat ini terumbu karang sedang menghadapi beberapa masalah serius dan gangguan, baik secara alamiah  maupun oleh manusia, yang menyebabkan penurunan keragaman species dan hilangnya habitat. Hal tersebut  terutama karena adanya pemanfaatan sumber daya terumbu karang yang sangat berlebih. Oleh karena itu harus dicari suatu metode pemanfaatan sumber daya terumbu secara bijak sehingga sumber daya tersebut tidak punah. 

Sumber :
Coral Reef Management and Rehabilitation Program (COREMAP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar