Jumat, 03 Juli 2015

MENGENAL BAMBU LAUT (Isis spp.)


Penyusun terumbu karang terbesar kedua setelah karang batu adalah octocorallia. Octocorallia merupakan salah satu komponen hewan terumbu karang khususnya pada daerah yang kurang stabil, terumbu karang yang rusak akibat badai atau sedimentasi, dimana pertumbuhan untuk karang keras terhambat. Mereka tumbuh cepat dan kokoh di dasar dengan salinitas yang berubah-ubah. Pada daerah yang sementara dalam pemulihan, karang lunak dapat menutupi sampai 90% atau lebih. Kelimpahan tertinggi dari Alcyonacea ditemukan pada daerah dangkal yaitu pada reef flat dan reef slope

Banyak manfaat yang bernilai ekonomis dari octocorallia ini tetapi pemanfaatannya tidak seimbang dengan nilai lestari dan kerusakan yang ditimbulkannya. Untuk itu diperlukan upaya-upaya dari pihak Pemerintah dan masyarakat untuk dapat menjaga kelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang di Indonesia. Karena terumbu karang merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting bagi keberlangsungan serta pelestarian berbagai biota laut.
Secara ekologis ekosistem terumbu karang bersama dengan hutan mangrove, padang lamun serta rumput laut merupakan tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground) serta tempat perlindungan bagi anakan bermacam jenis udang, ikan, kepiting dan jenis biota laut lain termasuk juga jenis biota konsumsi yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

A. Klasifikasi Isis spp.         
Isis spp. atau yang lebih dikenal dengan nama bambu laut merupakan salah satu jenis octocorallia atau karang lunak yang hidup di perairan tropis Indo-Pasifik. Octocorallia merupakan biota penyusun terumbu karang kedua sesudah karang batu yang mempunyai peranan besar dalam menjaga kesinambungan ekosistem terumbu karang dan sumber daya ikan.

Berikut ini adalah klasifikasi Isis spp.:
·         Kingdom : Animalia
·         Phylum : Cnidaria/Coelenterata
·         Kelas : Anthozoa
·         Anak-Kelas : Octocorallia
·         Bangsa : Alcyonacea
·         Anak-Bangsa : Calcaxonia
·         Suku : Isididae
·         Marga : Isis
·         Jenis : Isis hippuris
      Nama umum : bambu laut
 

B.   Anatomi Isis spp.

Menurut Lamouroux, Jean Vincent Félix 1821, anatomi Isis spp. dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagian tanpa kulit, yang lainnya ditutupi dengan kulit.
2. Bagian longitudinal diperbesar dengan sumbu dikelilingi kulit dan polip dalam sel mereka. 
3. Kulit bagian terpisah dari porosnya.
4. Palang bagian dari cabang dengan kulitnya.
5. Polip dikontrak dewasa.
6. Flustra carbasea.
7. Gambar diperbesar. 

C.   Morfologi Isis spp.

Bambu Laut (Isis spp.) dapat tumbuh tinggi hingga lebih dari 1 (satu) meter.  Kerangka dalam pada bambu laut berupa butiran kalsium karbonat yang terdapat di dalam jaringan endodermis dinamakan sklerit. Istilah "spikula" biasanya dipakai untuk bentuk sklerit yang ujung-ujungnya runcing. Pada anggota octocorallia,  peranan spikula sangat penting sebagai kerangka dalam untuk menyangga jaringan tubuh sehingga dapat tumbuh tegak. Pada Isis spp., spikula hanya terdapat pada lapisan koenensim. Lapisan koenensim mengandung spikula dengan kepadatan dan bentuk yang bervariasi. Spikula ini dipakai sebagai kunci identifikasi.
Spikula atau sklerit diambil dari bagian permukaan dan bagian dalam dari koenensim. Di bagian permukaan, bentuk sklerit seperti gada kecil, ujung bawah meruncing, dengan tiga tonjolan karangan duri yang agak besar mengelilingi ujung bagian atas atau bagian kepala (terminal wart). Ukuran spikula di bagian dalam koenensim lebih besar, bentuk seperti kumparan (spindle), agak lonjong dengan 6-8 tonjolan karangan duri yang mengelilingi kumparan. Variasi bentuk dan ukuran spikula juga tergantung pada letak geografi dan lingkungan, dimana jenis ini berada. Pada lokasi yang sama, tetapi kedalaman yang berbeda, bentuk maupun ukuran spikula dapat berbeda.
Bambu laut mempunyai morfologi sebagai berikut:
1. Koloni Isis spp. kelihatan mirip dengan koloni kelompok akar bahar Rumphella sp., dan Hicksonella sp. terutama pertumbuhan yang seperti semak dan permukaan koloni yang halus;
2. Isis spp. memiliki percabangan yang cenderung ke arah kanan, dan ujung atas koloni yang melengkung seperti busur;
3. Ukuran dan bentuk cabang-cabang Isis spp. lebih pendek dan ujung cabang lebih bulat, sedangkan Rumphella sp. dan Hicksonella sp. memiliki cabang yang agak panjang;
4. Tekstur tubuh dan koloni Isis spp. agak kaku dan hanya sedikit bergoyang bila kena ombak, sedangkan Rumphella sp. dan Hicsonella sp. lebih lentur dan melambai – lambai bila datang arus atau ombak;
5. Pada umumnya, jenis Isis spp., bangsa Alcyonacea, anak bangsa Calcaxonia, memiliki bentuk koloni seperti semak, muncul dari substrat, tumbuh tegak dengan medulla/axis yang menyerupai batang pada tumbuhan dan binatang/polip yang hidup berkoloni menyerupai kulit pohon yang mengelilingi axis;
6. Warna koloni kuning cerah, kuning kehijauan atau coklat muda karena dipengaruhi oleh kandungan pigmen dari alga uniseluler (zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan polip; dan
7. Axis pada Isis spp. kering beruas-ruas dan berwarna putih, yang dihubungkan dengan ruas pendek berwarna hitam.

Sumber:
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Fabricius, K. And P. Alderslade.  2001.  Soft Coral and Sea Fan.  Australia Institude of Marine Science. Queensland.  Australia
Haris, A., Tuwo, A., dan Anas, A., 2010. Kelimpahan dan Distribusi I. hippuris  di Perairan Spermonde Kota Makassar. Jurnal Torani/Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. UNHAS, Makassar.
Lamouroux, Jean Vincent Félix. 1821. Exposition méthodique des genres de l’ordre des Polypiers. 
            Paris.
Mannuputy, A.E.W., 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia. Pusat Penelitian 
           Oceanografi LIPI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar