A.
Klasifikasi
Terumbu
karang merupakan endapan padat Kalsium (CaCO3) yang dihasilkan oleh
coral (hewan) dan organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat serta sedikit
tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) (Barnes, 1980). Coral tergolong
dalam ordo Scleractinia (Madreporia), sedangkan klasifikasi coral (binatang
karang) dan karang lunak secara garis besar adalah sebagai berikut :
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Sub
Class : Octocorallia (Alcyonaria)
Ordo : Stolonifera, Telestacea, Alcyonacea, Coenothecalia, Gorgonacea,
Pennatulacea
Sub
Class : Zooantharia
Ordo : Zoanthidea, Actiniaria, Scleractinia (Madreporaria), Rugosa
(Tetracoralla), Corallimorpharia, Ceriantharia, Antipatharia
Sub
Class : Tabulata (sudah punah)
Bentuk
tubuh semua jenis Cnidaria adalah simetris radial (tubuhnya simetris bila
dilihat dari sumbu utama), tidak memiliki kepala, biasanya memiliki semacam
mahkota atau tentakel di sekitar mulutnya, dan memiliki nematokis (Aktani 1996 dalam Anonimous, 1997).
Karang keras (ordo Scleractinia)
merupakan komponen utama penyusun terumbu karang. Meskipun bentuknya keras
seperti batu, namun karang dikategorikan sebagai hewan invertebrata yang
umumnya hidup berkoloni dan memiliki berbagai macam bentuk (lifeform).
B. Biologi
Terumbu Karang
Proses pembentukan terumbu karang
dengan aneka ragam bentuk dan sebarannya itu, sebenarnya menyangkut persoalan
biologi dan geologi. Dahulu orang mengira bahwa terumbu karang tumbuh pada dasar
laut dalam di daerah tropika di mana generasi yang hidup bertumpu di atas
kerangka kapur dari generasi-generasi sebelumnya yang telah mati, dan setelah
berlangsung jutaan tahun akan mencapai permukaan laut. Pikiran semacam ini
segera ditinggalkan orang setelah diketahui dengan pasti bahwa terumbu karang
sebenarnya hanya dapat hidup pada perairan dangkal, kurang dari 40 meter.
Karang
yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka
sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan "polyp" (polip). Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals).
Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras
seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang
batu bekerja sama dengan alga yang disebut "zooxanthellae". Karang
batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan.
Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga.
Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang
gelap.
Binatang
karang yang membentuk terumbu karang pada umumnya mempunyai bentuk kerangka
yang majemuk. Polip (hewan
karang) berbentuk seperti sebuah karung dan memiliki
tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air
laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip
yang sangat lembut.
Karang berkembang baik secara sexual dan asexual.
Reproduksi seksual terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke
kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung
menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang.
Reproduksi aseksual terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian
membelah memperbanyak diri.
Sebuah polip akan tumbuh menjadi banyak dengan jalan
pembelahan berulang kali hingga suatu kerangka akan dapat terdiri dari ratusan
ribu polip. Bila suatu polip telah tumbuh memanjang dan
membesar, maka akan dapat terbentuk polip anak sebagai hasil pertunasan ke
samping kemudian akan tumbuh membesar pula, sedangkan diantaranya akan
terbentuk sekat-sekat rangka melintang. Dengan
proses ini maka masing-masing polip akan terpisah-pisah oleh adanya sekat-sekat
kapur yang dihasilkannya. Proses pembentukan rangka ini serta pertumbuhannya
dapat diikuti bila karang batu itu dibelah dengan memperhatikan sekat-sekat
rangka melintang yang berurutan. Proses pembentukan koloni dengan jalan
pertunasan seperti ini disebut perbanyakan secara vegetatif.
Pada tentakel polip terdapat racun yang
digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat
kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap
plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang
batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.
Pada umumnya karang bersimbiosis dengan suatu
alga mikroskopik bersel tunggal (zooxanthellae) dan disebut sebagai bentuk “hermatypic corals”. Zooxanthellae adalah
alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Sel algae,
zooxanthellae, hidup dalam jaringan polip karang. Fotosintesa sel alga tersebut
membantu suplai makanan bagi polip karang dan pembentukkan kerangka kapur. Alga
menghasilkan oksigen dan bahan makanan bagi polip karang, sedangkan karang
menghasilkan sisa-sisa produk karbon dioksida, material yang mengandung fosfat
dan nitrogen yang digunakan oleh alga sebagai makanannya sehingga zooxanthellae
dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae
menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut
fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan
terlindung untuk zooxanthellae.
Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat
menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu
itu hanya tumbuh 100 cm. Jadi, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak,
diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Terumbu karang termasuk
ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang
terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak
lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk
tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun .
Chave
(1973) dalam Sukarno dkk (1982)
membedakan anggota komunitas bentik terumbu karang dalam dua golongan :
bersifat konstruktif dan bersifat destruktif. Golongan konstruktif ialah biota
yang memberikan bahan umumnya berupa kerangka kapur (CaCO3) bagi
terbentuknya struktur fisik suatu terumbu karang, sekaligus memberikan
perlindungan dari pengaruh fisik laut terhadap pulau. Golongan konstruktif ini
umumnya berupa “sessile benthos”,
seperti berbagai jenis algae, karang, dan biota pembentuk kapur lainnya.
Golongan destruktif adalah biota yang bisa merusak keadaan sistem terumbu
karang, atau secara tidak langsung mematikan bentuk pertama. Golongan
destruktif terdiri dari bentuk merayap (creeping)
dan meliang (burrowing) yaitu
berbagai ekhinodermata, moluska, beberapa jenis ikan dan bakteri tertentu.
Selanjutnya Benton dan Werner (1966) dalam
Sukarno dkk (1982) mengelompokan binatang penghuni terumbu karang dalam tiga
kelompok berdasarkan waktu dan usaha memperoleh makanannya. Kelompok pertama
merupakan kelompok binatang yang mencari makan di luar atau disekitar terumbu
pada waktu malam dan tinggal atau istirahat di daerah terumbu pada waktu siang
harinya. Kelompok kedua, merupakan kebalikannya, mencari makan pada siang hari
dan kembali untuk tinggal atau istirahat di daerah terumbu pada malam harinya.
Sedang kelompok ketiga adalah kelompok binatang yang selalu
berada di daerah terumbu, tinggal,
istirahat dan mencari
makan di daerah itu.
Sumber
:
Mojetta, Angelo. 1995. The Barrier Reefs: A Guide to the World of Corals (Diving Guides).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar