Senin, 13 Juli 2015

MENGENAL TERUMBU KARANG



A.   Klasifikasi
Terumbu karang merupakan endapan padat Kalsium (CaCO3) yang dihasilkan oleh coral (hewan) dan organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat serta sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) (Barnes, 1980). Coral tergolong dalam ordo Scleractinia (Madreporia), sedangkan klasifikasi coral (binatang karang) dan karang lunak secara garis besar adalah sebagai berikut :

Phylum                :     Cnidaria
Class                   :     Anthozoa
Sub Class            :     Octocorallia (Alcyonaria)
Ordo                    :     Stolonifera, Telestacea, Alcyonacea, Coenothecalia, Gorgonacea, Pennatulacea
Sub Class            :     Zooantharia
Ordo                    :     Zoanthidea, Actiniaria, Scleractinia (Madreporaria), Rugosa (Tetracoralla), Corallimorpharia, Ceriantharia, Antipatharia
Sub Class            :     Tabulata (sudah punah)
           
Bentuk tubuh semua jenis Cnidaria adalah simetris radial (tubuhnya simetris bila dilihat dari sumbu utama), tidak memiliki kepala, biasanya memiliki semacam mahkota atau tentakel di sekitar mulutnya, dan memiliki nematokis (Aktani 1996 dalam Anonimous, 1997).
            Karang keras (ordo Scleractinia) merupakan komponen utama penyusun terumbu karang. Meskipun bentuknya keras seperti batu, namun karang dikategorikan sebagai hewan invertebrata yang umumnya hidup berkoloni dan memiliki berbagai macam bentuk (lifeform).

B.    Biologi Terumbu Karang
            Proses pembentukan terumbu karang dengan aneka ragam bentuk dan sebarannya itu, sebenarnya menyangkut persoalan biologi dan geologi. Dahulu orang mengira bahwa terumbu karang tumbuh pada dasar laut dalam di daerah tropika di mana generasi yang hidup bertumpu di atas kerangka kapur dari generasi-generasi sebelumnya yang telah mati, dan setelah berlangsung jutaan tahun akan mencapai permukaan laut. Pikiran semacam ini segera ditinggalkan orang setelah diketahui dengan pasti bahwa terumbu karang sebenarnya hanya dapat hidup pada perairan dangkal, kurang dari 40 meter.
Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan "polyp" (polip). Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang batu bekerja sama dengan alga yang disebut "zooxanthellae". Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.
 Binatang karang yang membentuk terumbu karang pada umumnya mempunyai bentuk kerangka yang majemuk. Polip (hewan karang) berbentuk seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.
Karang berkembang baik secara sexual dan asexual. Reproduksi seksual terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Reproduksi aseksual terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.
          Sebuah polip akan tumbuh menjadi banyak dengan jalan pembelahan berulang kali hingga suatu kerangka akan dapat terdiri dari ratusan ribu polip. Bila suatu polip telah tumbuh memanjang dan membesar, maka akan dapat terbentuk polip anak sebagai hasil pertunasan ke samping kemudian akan tumbuh membesar pula, sedangkan diantaranya akan terbentuk sekat-sekat rangka melintang. Dengan proses ini maka masing-masing polip akan terpisah-pisah oleh adanya sekat-sekat kapur yang dihasilkannya. Proses pembentukan rangka ini serta pertumbuhannya dapat diikuti bila karang batu itu dibelah dengan memperhatikan sekat-sekat rangka melintang yang berurutan. Proses pembentukan koloni dengan jalan pertunasan seperti ini disebut perbanyakan secara vegetatif.

Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.

 

Pada umumnya karang bersimbiosis dengan suatu alga mikroskopik bersel tunggal (zooxanthellae) dan disebut sebagai bentuk “hermatypic corals”. Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Sel algae, zooxanthellae, hidup dalam jaringan polip karang. Fotosintesa sel alga tersebut membantu suplai makanan bagi polip karang dan pembentukkan kerangka kapur. Alga menghasilkan oksigen dan bahan makanan bagi polip karang, sedangkan karang menghasilkan sisa-sisa produk karbon dioksida, material yang mengandung fosfat dan nitrogen yang digunakan oleh alga sebagai makanannya sehingga zooxanthellae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae.
Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Jadi, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun .
Chave (1973) dalam Sukarno dkk (1982) membedakan anggota komunitas bentik terumbu karang dalam dua golongan : bersifat konstruktif dan bersifat destruktif. Golongan konstruktif ialah biota yang memberikan bahan umumnya berupa kerangka kapur (CaCO3) bagi terbentuknya struktur fisik suatu terumbu karang, sekaligus memberikan perlindungan dari pengaruh fisik laut terhadap pulau. Golongan konstruktif ini umumnya berupa “sessile benthos”, seperti berbagai jenis algae, karang, dan biota pembentuk kapur lainnya. Golongan destruktif adalah biota yang bisa merusak keadaan sistem terumbu karang, atau secara tidak langsung mematikan bentuk pertama. Golongan destruktif terdiri dari bentuk merayap (creeping) dan meliang (burrowing) yaitu berbagai ekhinodermata, moluska, beberapa jenis ikan dan bakteri tertentu. Selanjutnya Benton dan Werner (1966) dalam Sukarno dkk (1982) mengelompokan binatang penghuni terumbu karang dalam tiga kelompok berdasarkan waktu dan usaha memperoleh makanannya. Kelompok pertama merupakan kelompok binatang yang mencari makan di luar atau disekitar terumbu pada waktu malam dan tinggal atau istirahat di daerah terumbu pada waktu siang harinya. Kelompok kedua, merupakan kebalikannya, mencari makan pada siang hari dan kembali untuk tinggal atau istirahat di daerah terumbu pada malam harinya. Sedang kelompok ketiga adalah kelompok binatang yang  selalu  berada  di daerah terumbu,  tinggal,  istirahat  dan  mencari  makan  di daerah itu.

 
Sumber :
Mojetta, Angelo. 1995. The Barrier Reefs: A Guide to the World of Corals (Diving Guides). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar