Bambu
laut merupakan octocorallia yang
sangat penting sebagai penyusun kedua terbesar terumbu karang. Keberadaan
populasinya kini semakin menurun diakibatkan oleh proses pengambilannya yang
berlebihan dari alam. Metode pengambilannya mencungkil
untuk mengambil koloninya sehingga merusak karang keras di bawahnya. Hal ini mengakibatkan
kerusakan ekosistem terumbu karang.
Nilai jual bambu laut yang diterima oleh masyarakat
sangat rendah dibandingkan nilai lestarinya. Sehingga nilai manfaat ekonomi
yang diterima masyarakat tidak seimbang dengan nilai kerusakan yang
ditimbulkan. Untuk itu diperlukan upaya perlindungan terhadap bambu laut agar
ekosistem terumbu karang Indonesia selalu terjaga dan lestari. Tidak hanya bagi
masyarakat di masa sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Organ tubuh bambu laut masih sederhana. Organ reproduksi
jantan dan betina terpisah, masing-masing berada pada koloni jantan dan betina.
Model seperti ini disebut gonokhorik. Proses reproduksi meliputi pelepasan
telur (oosit) yang berbentuk bulat dan
sperma oleh masing-masing polip ke dalam air laut. Kemudian disusul dengan
pembuahan eksternal yang terjadi di luar tubuh. Secara berangsur telur yang
sudah dibuahi akan berubah bentuk.
Ada tiga tipe reproduksi pada octocorallia yaitu: mengeluarkan telur dan sperma ke dalam air
laut, pembuahan internal dan pembuahan eksternal. Larva yang terbentuk memilki
silia akan berenang bebas dan melayang sebagai plankton untuk kurun waktu
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu, hingga menempel pada substrat
dasar yang keras dan tumbuh menjadi polip muda kemudian membentuk koloni baru.
Koloni baru dapat terpisah sejauh 10-100 km dari induknya. Kesempatan untuk
terjadinya pembuahan di air berlangsung sangat singkat dan cepat pula akan
tersebar terbawa arus.
Untuk larva yang dibuahi di dalam tubuh betina, sejumlah
kecil telur akan dilepas ke dalam air pada saat larva tersebut hampir siap
untuk bermetamorfosis. Untuk larva yang dibuahi di luar tubuh, di dalam kolom
air, telur yang sudah dibuahi akan berkembang menjadi larva di daam kantong
yang berlapis lendir, menetap beberapa waktu di bagian permukaan koloni
induknya, sampai fase akhir larva. Larva seperti ini memiliki daya apung yang
negatif, sehingga akan tenggelam dan biasanya hanya berjarak beberapa meter
dari koloni induknya (Mannuputy, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar