Jumat, 14 Agustus 2015

Sistem Reproduksi Bambu Laut (Isis spp.)



Bambu laut merupakan octocorallia yang sangat penting sebagai penyusun kedua terbesar terumbu karang. Keberadaan populasinya kini semakin menurun diakibatkan oleh proses pengambilannya yang berlebihan dari alam. Metode pengambilannya mencungkil untuk mengambil koloninya sehingga merusak karang keras di bawahnya. Hal ini mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang.

Nilai jual bambu laut yang diterima oleh masyarakat sangat rendah dibandingkan nilai lestarinya. Sehingga nilai manfaat ekonomi yang diterima masyarakat tidak seimbang dengan nilai kerusakan yang ditimbulkan. Untuk itu diperlukan upaya perlindungan terhadap bambu laut agar ekosistem terumbu karang Indonesia selalu terjaga dan lestari. Tidak hanya bagi masyarakat di masa sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Organ tubuh bambu laut masih sederhana. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah, masing-masing berada pada koloni jantan dan betina. Model seperti ini disebut gonokhorik. Proses reproduksi meliputi pelepasan telur (oosit)  yang berbentuk bulat dan sperma oleh masing-masing polip ke dalam air laut. Kemudian disusul dengan pembuahan eksternal yang terjadi di luar tubuh. Secara berangsur telur yang sudah dibuahi akan berubah bentuk.
Ada tiga tipe reproduksi pada octocorallia yaitu: mengeluarkan telur dan sperma ke dalam air laut, pembuahan internal dan pembuahan eksternal. Larva yang terbentuk memilki silia akan berenang bebas dan melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai dengan beberapa minggu, hingga menempel pada substrat dasar yang keras dan tumbuh menjadi polip muda kemudian membentuk koloni baru. Koloni baru dapat terpisah sejauh 10-100 km dari induknya. Kesempatan untuk terjadinya pembuahan di air berlangsung sangat singkat dan cepat pula akan tersebar terbawa arus. 
Untuk larva yang dibuahi di dalam tubuh betina, sejumlah kecil telur akan dilepas ke dalam air pada saat larva tersebut hampir siap untuk bermetamorfosis. Untuk larva yang dibuahi di luar tubuh, di dalam kolom air, telur yang sudah dibuahi akan berkembang menjadi larva di daam kantong yang berlapis lendir, menetap beberapa waktu di bagian permukaan koloni induknya, sampai fase akhir larva. Larva seperti ini memiliki daya apung yang negatif, sehingga akan tenggelam dan biasanya hanya berjarak beberapa meter dari koloni induknya (Mannuputy, 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar