Selasa, 21 Juli 2015

PARAMETER LINGKUNGAN YANG DIBUTUHKAN TERUMBU KARANG UNTUK TUMBUH SECARA OPTIMAL



Parameter lingkungan yang dibutuhkan terumbu karang untuk dapat tumbuh secara optimal antara lain :
1.   Cahaya (matahari)
            Cahaya diperlukan bagi proses fotosintesa algae simbiotik. Kedalaman penetrasi sinar mempengaruhi kedalaman pertumbuhan karang hermatipic seperti telah dikemukakan di muka kebutuhan oksigen untuk respirasi fauna di suatu terumbu karang dapat diatasi dengan adanya algae simbiotik yang disebut zooxanthellae. Oksigen tambahan tersebut dihasilkan dari proses fotosintesa, yaitu proses yang hanya dapat berlangsung apabila ada cahaya matahari. Jadi intensitas dan kualitas cahaya yang dapat menembus air laut amatlah penting untuk fotosintesa pada zooxanthellae yang seterusnya akan menentukan pula sebaran vertikal karang batu yang mengandungnya.
Semakin dalam laut semakin kurang intensitas cahaya yang dapat mencapainya yang berarti semakin kecil pula produksi oksigen oleh zooxanthellae. Menurut Younge (1940) dalam         Sukarno dkk (1982)  kedalaman laut maksimum untuk karang batu pembentuk terumbu karang adalah 45 meter. Lebih dalam dari ini cahaya sudah terlampau lemah untuk memungkinkan zooxanthellae menghasilkan oksigen yang cukup bagi karang batu.
            Melalui fotosintesa, zooxanthellae merubah karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat. Polip koral memanfaatkan karbohidrat sebagai makanan. Polip juga menggunakan oksigen untuk respirasi, dan pada akhirnya akan mengembalikan karbon dioksida kepada zooxanthellae. Melalui pertukaran ini koral menghemat energi, kalau tidak energi ini akan digunakan untuk mengeleminasi karbon dioksida Nitrogen dan Phosphor diputar antara zooxanthellae dan polyp koral. Sebagai contoh, zooxanthellae mengambil ammonia yang dilepaskan oleh polip sebagai kotoran dan merubahnya kembali menjadi asam amino. Zooxanthellae juga merangsang kalsifikasi oleh polip dengan memanfaatkan karbon dioksida selama fotosintesa. Pada keadaan yang optimal akan mempercepat permbentukan cangkang (kalsifikasi). Senyawa racun di dalam karang lunak (Ordo Alcynacea) membuat koral tidak disukai oleh predator. Koral berkompetisi untuk mendapatkan ruang hidup di terumbu. Beberapa koral pembentuk terumbu dapat mencerna jaringan dan menginvasi koral lainnya.
2.   Suhu
Suhu terutama membatasi sebaran karang secara geografis. Suhu paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25o dan 28o C. Karang batu masih dapat hidup pada suhu 15o C. Suhu ekstrim akan mempengaruhi hewan karang, seperti reproduksi, metabolisme dan pengapuran (kalsifikasi). Adanya kalsium yang larut dalam air laut sangat dibutuhkan untuk membentuk cangkang koral. Endapan kalsium akan terjadi bila suhu air dan salinitasnya tinggi serta kandungan karbon dioksidanya rendah. Sehingga, karang batu pembentuk terumbu karang memerlukan suhu air laut yang agak tinggi yaitu diatas 20o C, tetapi pertumbuhannya  baru  mencapai  puncaknya  dalam  batas – batas  suhu  antara 25o dan 30o C.
3.   Salinitas
Karang batu mempunyai toleransi terhadap salinitas tinggi 27 – 40 ‰. Adanya aliran air tawar akan menyebabkan kematian pada karang batu, juga membatasi sebaran karang batu secara lokal. Karang batu dapat hidup dalam batas – batas salinitas tertentu yang menurut Smith (1948) dalam Sukarno dkk (1982) berkisar antara 25 ‰ – 40 ‰. Di depan muara sungai yang besar biasanya pertumbuhan karang batu tidak subur, diduga karena rendahnya salinitas disamping tingkat kekeruhannya yang tinggi.
4.   Kejernihan air
Karang hidup di bawah permukaan laut. Kekeringan terlalu lama akibat surut besar menyebabkan kematian karang. Karang batu untuk hidupnya memerlukan air laut yang bersih dari kotoran – kotoran, oleh karena benda – benda yang terdapat di dalam air dapat menghalangi masuknya cahaya matahari yang diperlukan untuk fotosintesa zooxanthellae. Disamping itu endapan lumpur atau pasir yang terkandung di dalam air yang diendapkan oleh arus dapat mengakibatkan kematian pada karang batu oleh karena pada umumnya karang jenis tersebut tidak mampu membersihkannya.
Selanjutnya Aktani (1996) dalam Anonimous (1997) menyatakan bahwa terumbu karang cenderung tumbuh lebih cepat pada perairan yang jernih. Air yang jernih akan memudahkan sinar matahari mencapai algae simbion yang hidup di dalam jaringan polip koral. Namun beberapa jenis koral pembentuk terumbu ada yang dapat beradaptasi di daerah dengan intensitas cahaya yang sangat minim. Banyak para ilmuwan percaya bahwa algae, yang lebih dikenal dengan zooxathellae, merangsang pembentukan terumbu. Jadi dengan kata lain, tingkat kekeruhan secara langsung akan menentukan laju pertumbuhan terumbu karang. Adanya kalsium yang larut dalam air laut sangat dibutuhkan dan diperlukan untuk membentuk cangkang koral. Endapan kalsium akan terjadi bila suhu air dan salinitasnya tinggi serta kandungan karbon dioksidanya rendah. Oleh karena itu koral pembentuk terumbu membutuhkan perairan yang hangat (antara 20o – 28oC) untuk kelangsungan hidupnya.
5.   Pergerakan air (arus)
Pembentukan terumbu umumnya lebih banyak di daerah yang mempunyai aktivitas gelombang yang kuat, karena gelombang akan membawa makanan, unsur hara dan oksigen ke terumbu, menyebarkan larva koral dan mencegah terjadinya pengendapan sedimen dari terumbu karang. Pergerakan air atau arus diperlukan untuk tersedianya aliran suplai makanan jasad renik dan oksigen maupun terhindarnya karang dari timbunan endapan. Di daerah terumbu karang pada siang hari oksigen ini banyak diperoleh dari hasil fotosintesa zooxanthellae di samping dari kandungan oksigen yang telah ada di dalam massa air itu sendiri. Tetapi di malam hari seperti telah dinyatakan oleh Verwey (1929) dalam Sukarno dkk (1982) sangat diperlukan adanya arus yang kuat yang dapat memberi suplai oksigen yang cukup bagi fauna di terumbu karang. Di laut terbuka suplai oksigen ini selalu mencukupi tetapi di laut yang agak tertutup pertumbuhan karang batu lebih dihalangi oleh kekurangan oksigen dari pada kekurangan makanan (Kuenen 1950) dalam Sukarno dkk (1982). Oleh karenanya pertumbuhan karang batu di tempat yang airnya selalu teraduk oleh angin, arus dan ombak lebih baik dari pada di perairan tenang dan terlindung.
6.   Substrat
Substrat keras diperlukan untuk pelekatan (settling) larva planula. Untuk memungkinkan pembentukan koloni baru diperlukan dasar yang kuat dan bersih dari lumpur yang memungkinkan larva karang batu dapat melekatkan diri. Kedalaman perairan yang < 50 m, dengan kedalaman 25 m atau kurang merupakan kedalaman yang optimal bagi perkembangan terumbu karang.

Sumber :
Mojetta, Angelo. 1995. The Barrier Reefs: A Guide to the World of Corals (Diving Guides).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar