Parameter
lingkungan yang dibutuhkan terumbu karang untuk dapat tumbuh secara optimal
antara lain :
1. Cahaya
(matahari)
Cahaya diperlukan bagi proses
fotosintesa algae simbiotik. Kedalaman penetrasi sinar mempengaruhi kedalaman
pertumbuhan karang hermatipic seperti telah dikemukakan di muka kebutuhan
oksigen untuk respirasi fauna di suatu terumbu karang dapat diatasi dengan
adanya algae simbiotik yang disebut zooxanthellae. Oksigen tambahan tersebut
dihasilkan dari proses fotosintesa, yaitu proses yang hanya dapat berlangsung
apabila ada cahaya matahari. Jadi intensitas dan kualitas cahaya yang dapat
menembus air laut amatlah penting untuk fotosintesa pada zooxanthellae yang
seterusnya akan menentukan pula sebaran vertikal karang batu yang
mengandungnya.
Semakin dalam laut semakin kurang intensitas cahaya yang dapat
mencapainya yang berarti semakin kecil pula produksi oksigen oleh
zooxanthellae. Menurut Younge (1940) dalam Sukarno dkk (1982) kedalaman laut maksimum untuk karang batu
pembentuk terumbu karang adalah 45 meter. Lebih dalam dari ini cahaya sudah
terlampau lemah untuk memungkinkan zooxanthellae menghasilkan oksigen yang
cukup bagi karang batu.
Melalui fotosintesa, zooxanthellae
merubah karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat. Polip koral
memanfaatkan karbohidrat sebagai makanan. Polip juga menggunakan oksigen untuk
respirasi, dan pada akhirnya akan mengembalikan karbon dioksida kepada
zooxanthellae. Melalui pertukaran ini koral menghemat energi, kalau tidak
energi ini akan digunakan untuk mengeleminasi karbon dioksida Nitrogen dan
Phosphor diputar antara zooxanthellae dan polyp koral. Sebagai contoh,
zooxanthellae mengambil ammonia yang dilepaskan oleh polip sebagai kotoran dan
merubahnya kembali menjadi asam amino. Zooxanthellae juga merangsang
kalsifikasi oleh polip dengan memanfaatkan karbon dioksida selama fotosintesa.
Pada keadaan yang optimal akan mempercepat permbentukan cangkang (kalsifikasi).
Senyawa racun di dalam karang lunak (Ordo Alcynacea) membuat koral tidak
disukai oleh predator. Koral berkompetisi untuk mendapatkan ruang hidup di
terumbu. Beberapa koral pembentuk terumbu dapat mencerna jaringan dan
menginvasi koral lainnya.
2. Suhu
Suhu
terutama membatasi sebaran karang secara geografis. Suhu paling baik untuk
pertumbuhan karang berkisar antara 25o dan 28o C. Karang
batu masih dapat hidup pada suhu 15o C. Suhu ekstrim akan mempengaruhi
hewan karang, seperti reproduksi, metabolisme dan pengapuran (kalsifikasi).
Adanya kalsium yang larut dalam air laut sangat dibutuhkan untuk membentuk
cangkang koral. Endapan kalsium akan terjadi bila suhu air dan salinitasnya
tinggi serta kandungan karbon dioksidanya rendah. Sehingga, karang batu
pembentuk terumbu karang memerlukan suhu air laut yang agak tinggi yaitu diatas
20o C, tetapi pertumbuhannya
baru mencapai puncaknya
dalam batas – batas suhu
antara 25o dan 30o C.
3. Salinitas
Karang
batu mempunyai toleransi terhadap salinitas tinggi 27 – 40 ‰. Adanya aliran air
tawar akan menyebabkan kematian pada karang batu, juga membatasi sebaran karang
batu secara lokal. Karang batu dapat hidup dalam batas – batas salinitas
tertentu yang menurut Smith (1948) dalam
Sukarno dkk (1982) berkisar antara 25 ‰ – 40 ‰. Di depan muara sungai yang
besar biasanya pertumbuhan karang batu tidak subur, diduga karena rendahnya
salinitas disamping tingkat kekeruhannya yang tinggi.
4. Kejernihan air
Karang
hidup di bawah permukaan laut. Kekeringan terlalu lama akibat surut besar
menyebabkan kematian karang. Karang batu untuk hidupnya memerlukan air laut
yang bersih dari kotoran – kotoran, oleh karena benda – benda yang terdapat di
dalam air dapat menghalangi masuknya cahaya matahari yang diperlukan untuk
fotosintesa zooxanthellae. Disamping itu endapan lumpur atau pasir yang
terkandung di dalam air yang diendapkan oleh arus dapat mengakibatkan kematian
pada karang batu oleh karena pada umumnya karang jenis tersebut tidak mampu
membersihkannya.
Selanjutnya
Aktani (1996) dalam Anonimous (1997)
menyatakan bahwa terumbu karang cenderung tumbuh lebih cepat pada perairan yang
jernih. Air yang jernih akan memudahkan sinar matahari mencapai algae simbion
yang hidup di dalam jaringan polip koral. Namun beberapa jenis koral pembentuk
terumbu ada yang dapat beradaptasi di daerah dengan intensitas cahaya yang
sangat minim. Banyak para ilmuwan percaya bahwa algae, yang lebih dikenal
dengan zooxathellae, merangsang
pembentukan terumbu. Jadi dengan kata lain, tingkat kekeruhan secara langsung
akan menentukan laju pertumbuhan terumbu karang. Adanya kalsium yang larut
dalam air laut sangat dibutuhkan dan diperlukan untuk membentuk cangkang koral.
Endapan kalsium akan terjadi bila suhu air dan salinitasnya tinggi serta
kandungan karbon dioksidanya rendah. Oleh karena itu koral pembentuk terumbu
membutuhkan perairan yang hangat (antara 20o – 28oC)
untuk kelangsungan hidupnya.
5. Pergerakan air
(arus)
Pembentukan
terumbu umumnya lebih banyak di daerah yang mempunyai aktivitas gelombang yang
kuat, karena gelombang akan membawa makanan, unsur hara dan oksigen ke terumbu,
menyebarkan larva koral dan mencegah terjadinya pengendapan sedimen dari
terumbu karang. Pergerakan air atau arus diperlukan untuk tersedianya aliran
suplai makanan jasad renik dan oksigen maupun terhindarnya karang dari timbunan
endapan. Di daerah terumbu karang pada siang hari oksigen ini banyak diperoleh
dari hasil fotosintesa zooxanthellae di samping dari kandungan oksigen yang
telah ada di dalam massa air itu sendiri. Tetapi di malam hari seperti telah
dinyatakan oleh Verwey (1929) dalam
Sukarno dkk (1982) sangat diperlukan adanya arus yang kuat yang dapat memberi
suplai oksigen yang cukup bagi fauna di terumbu karang. Di laut terbuka suplai
oksigen ini selalu mencukupi tetapi di laut yang agak tertutup pertumbuhan
karang batu lebih dihalangi oleh kekurangan oksigen dari pada kekurangan
makanan (Kuenen 1950) dalam Sukarno
dkk (1982). Oleh karenanya pertumbuhan karang batu di tempat yang airnya selalu
teraduk oleh angin, arus dan ombak lebih baik dari pada di perairan tenang dan
terlindung.
6. Substrat
Substrat
keras diperlukan untuk pelekatan (settling)
larva planula. Untuk memungkinkan pembentukan koloni baru diperlukan dasar yang
kuat dan bersih dari lumpur yang memungkinkan larva karang batu dapat
melekatkan diri. Kedalaman perairan yang < 50 m, dengan kedalaman 25 m atau
kurang merupakan kedalaman yang optimal bagi perkembangan terumbu karang.
Sumber
:
Mojetta, Angelo. 1995. The Barrier Reefs: A Guide to the World of Corals (Diving Guides).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar