Selasa, 16 Maret 2010

TEKNIK PEMELIHARAAN BUDIDAYA BANDENG


Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir
masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16
mm. Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti
pembenihan maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
Padat tebar
Padat tebar yang baik untuk lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2.
Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu
dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam
suatu wadah, kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah
tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan dari sisi lain air dari wadah di sipon keluar dengan menggunakan selang yang dilengkapi saringan sehingga dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.

Pemeliharaan
Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan
kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak.
Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal
bagi pertumbuhan ikan.
Selama penggelondongan harus dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan
ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan salinitas berubah (berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat
menghambat pertumbuhan alga dasar dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan
jenis plankton lain yang tidak diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng.
Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh
dengan subur dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang
tumbuh subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air akan
berubah menjadi kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air menjadi
semakin rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan bandeng secara massal.
Oleh karena itu, perlu adanya penambahan/ penggantian air laut yang baru. Penggantian air
dapat dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan gerakan air pasang surut atau
pompanisasi.

Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap sebagai pakan alami semakin lama akan semakin
berkurang sehingga perlu adanya pemupukan susulan agar kelekap dapat tumbuh secara
kontinuinitas. Pemupukan susulan satu sampai dua minggu sekali, hal ini tergantung dari
nilai kesuburan tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk susulan yang
digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk
perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.

Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan
organisme penggangu. Predator terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia.
Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu
terdiri dari berbagai species insekta dan cacing.
Cara pemberantasan hama yang lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan
penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama
pemberantasan hama adalah pengeringan tanah dasar. Pengeringan ini selain berfungsi
mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan tanah dasar juga membantu pemberantasan
berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila
pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang
ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam
bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan Saponin

dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk
serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.
Lama pemeliharaan

Penggelondongan nener bandeng biasanya sudah mencapai standar ukuran 7-10 cm

setelah masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai

gelondongan untuk penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun

konsumsi.


Cara Panen

Pemanenan dilakukan untuk tujuan pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil

panen harus dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam

hari. Pemanenan pada waktu air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru

ke dalam tambak. Hal ini menyebabkan ikan-ikan bergerak menuju arah masuknya air dan

berkumpul di dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan

digiring menuju pintu air, kemudian secara perlahan-lahan lingkaran jaring diperkecil

sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada waktu air surut dilakukan

terlebih dahulu mengurangi air tambak sehingga air tersisa di dalam caren sekitar 20 cm.

Ikan digiring perlahan-lahan dan lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul

dekat pintu Ikan-ikan yang sudah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah
kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan sisik akibat gesekan. Jika lokasi
pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong plastik yang telah
berisi air laut dengan kepadatan 25-50 ekor/liter sesuai ukuran ikan diberi oksigen dengan
perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2 tergantung jarak jauh pengangkutan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar